Tokoh ulama tersebut memiliki gelar Guru H. Djamhuri Arsyad, BA dan dikenal dengan sebutan Guru Djamhuri. Ia lahir di Pantai Kotabaru pada tanggal 6 Juni 1940 dan tinggal di jalan Sukmaraga Gang Yatim No. 86 Rt. 08 Kotabaru. Beliau dikarunia enam anak dari pernikahannya dengan Hj. Noor Hasnah (alm) dan Misnayati, yaitu Dra. Hj. Siti Zainah, Siti Aisah, Drs. Abdul Majib, Noorhidayati, Ahmad Kusairi, dan Muhammad Noor.
Guru Djamhuri memulai pendidikan formalnya dengan mengikuti Sekolah Rakyat Islam di Kotabaru pada tahun 1955. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan guru agama selama 4 tahun di Banjarmasin pada tahun 1959 dan 6 tahun pada tahun 1961. Setelah itu, ia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari di Barabai pada tahun 1972.
Latar belakang karir Guru Djamhuri dimulai sebagai Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan sebagai guru agama di SDN No. 6 Kotabaru (1961-1965), guru agama di SMPN Kotabaru (1965-1969), dan memperoleh pendidikan di Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari di Barabai (1969-1972). Kemudian kembali menjadi guru agama di SMPN Kotabaru (1972-1980), dan bertugas sebagai penilik sekolah di Kotabaru (1980-1984), kepala seksi urusan agama Islam pada Kandepag Kotabaru (1984-1987), kepala seksi perguruis pada Kandepag Kotabaru (1987-1991), kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Kotabaru (1991-1994), dan kepala Madrasah Aliyah Negeri Kotabaru (1994-2000).
Guru Djamhuri yang bergelar BA dan memiliki semboyan “patah tumbuh hilang berganti” memiliki pengalaman mengajar agama pada berbagai jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar, menengah pertama, hingga menengah atas negeri di Kotabaru. Ia juga mengajarkan mata pelajaran akidah, fiqih, dan Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Negeri dan Madrasah Aliyah Negeri.
Guru Djamhuri, yang memiliki semboyan “patah tumbuh hilang berganti”, tidak hanya mengajar agama di sekolah umum dan madrasah, tetapi juga aktif berdakwah di berbagai forum Kerakatan Pensiunan Guru, Sekolah Umum, dan Madrasah, serta mengunjungi berbagai kecamatan di Kabupaten Kotabaru. Atas dedikasinya sebagai abdi negara, ia berkesempatan untuk melakukan ibadah haji ke tanah suci Makkah pada tahun 1987.
Tidak hanya di bidang pendidikan saja, beliau juga terlibat dalam bidang politik dan organisasi sosial keagamaan. Beliau tercatat sebagai anggota Partai Golkar dan tercatat pula di Nahdhatul Ulama, serta sebagai salah satu unsur ketua dalam kepengurusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kotabaru.
Terakhir, sebagai pemegang amanah sejarah dan perjuangan, kami berharap artikel ini dapat memberikan sedikit banyak wawasan tentang tokoh ini. Mohon maaf atas segala keterbatasan dan kekurangan data dalam penyajian kisah hidupnya. Semoga kita semua dapat terus mengapresiasi jasa dan pengabdian beliau dalam memajukan dunia pendidikan dan Islam di tanah air. Wallahua’lam.
Sumber: Ulama Banjar dari Masa ke Masa