Biografi Syekh Abdul Wahab Aceh

  • Bagikan
Biografi Syekh Abdul Wahab Aceh
Biografi Syekh Abdul Wahab Aceh

Syekh Abdul Wahab Aceh adalah seorang Ulama’, Penyair, dan Sastrawan yang bernama asli Abdul Wahab bin Ibrahim Aceh Al-Makkiy. Dalam beberapa naskah dan referensi, namanya ditulis sebagai al-Asyi yang berarti berasal dari Aceh.

Dalam buku Al-Jawahir Al-Hisan, Syekh Zakarya Bilah Al-Makkiy menyebutkan bahwa Syekh Abdul Wahab berasal dari Aceh, sebuah wilayah yang sangat terkenal di Indonesia. Meskipun beliau dilahirkan di Mekkah, namun asal usulnya dari Indonesia.

Beliau dilahirkan di kota Makkah pada tahun 1322 H atau sekitar tahun 1904 M. Kemudian, beliau tumbuh dan memulai pendidikannya di Madrasah Al-Falah dan Masjidil Haram yang berada di kota tersebut.

Setelah menyelesaikan pendidikan formal di Madrasah Al-Falah, beliau menjadi pengajar di Madrasah Fakhriyyah dan juga Madrasah Al-Falah selama beberapa tahun. Tak lama kemudian, beliau dipilih oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Shaut Al-Hijaz (Suara Hijaz), yaitu majalah terbesar di Hijaz pada saat itu.

Karena keahliannya dalam bidang manajemen dan pengalaman sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Shaut Al-Hijaz, beliau kemudian diberikan beberapa jabatan penting dalam pemerintahan Arab Saudi, di antaranya sebagai Pengawas Umum Kementerian Keuangan, Dirjen Kementerian Keuangan, dan jabatan lain yang penting. Selain itu, beliau juga menonjol sebagai salah satu tokoh penting di bidang jurnalisme dan sastra di Arab Saudi.

Di Arab Saudi, Syekh Abdul Wahab dikenal sebagai ulama yang merupakan alumni halaqah para ulama di Masjidil Haram dan memiliki kemahiran dalam berbagai bidang ilmu agama. Selain itu, beliau juga dianggap sebagai cendekiawan dan intelektual hebat, penyair, dan sastrawan yang sangat langka.

Beliau juga merupakan salah seorang pelopor dalam pendirian lembaga-lembaga sastra dan jurnalisme di Arab Saudi pada abad ke-20. Atas keahliannya dan jasanya yang luar biasa dalam bidang-bidang tersebut, beliau mendapat pujian dari para ulama dan sastrawan Timur Tengah.

Skripsi Syekh Zakarya Bilah menegaskan bahwa Syekh Abdul Wahab adalah sastrawan besar dan memiliki akhlak yang sangat mulia. Meskipun ia kurang dikenal sebagai seorang ulama Islam, namun ia merupakan salah satu ulama yang memiliki kemahiran dalam berbagai bidang ilmu agama seperti para alumni Madrasah Al-Falah dan alumni halaqah Masjidil Haram di Kota Mekah.

Syekh Ahmad Al-‘Aththar, salah satu sahabat dan juga sastrawan besar, mengungkapkan bahwa Ustadz Abdul Wahab Aceh dahulu dikenal sebagai ulama besar dalam bidang ilmu agama dan bahasa Arab. Tingkat keilmuannya sangat jarang ditemukan pada sahabat-sahabat sastrawan lainnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, salah satu kontribusi yang diberikan oleh Syekh Abdul Wahab dalam dunia ilmu pengetahuan adalah dengan membangun sebuah perpustakaan pribadi yang terletak di dekat Masjidil Haram. Perpustakaan tersebut berisi 18 jilid besar manuskrip yang asli dan penting, dengan jumlah buku mencapai 1.140 buah dari berbagai bidang ilmu Islam dan bahasa Arab.

Beliau meninggalkan beberapa warisan literatur pada saat meninggal, seperti yang dicatat dalam buku “Tatimmah Al-A’lâm”, antara lain:

1. Kumpulan syair berjudul “Syauq wa Asywaq”.
2. Berkumpulnya syair dan esai sastra beliau dalam buku besar berjudul “Al-A’mâl Al-Kâmilah li Al-Adib Abdi Al-Wahhab Asyih” yang berarti “Kumpulan Karya Abdul Wahab Aceh”.
3. Syair tentang kondisi dunia Islam dan Arab yang terdiri dari 250 bait, merupakan buku terakhir yang ditulis oleh beliau.
Setelah berkarya dan berkontribusi pada bidang sastra dan ilmu pengetahuan selama hidupnya, beliau wafat di Mesir pada tahun 1985 M/1405 H dan dikebumikan di Pemakaman Ma’lâh dekat Masjidil Haram setelah dilakukan salat jenazah di Masjidil Haram di Kota Makkah.

Semasa hidupnya, Syekh Abdul Wahab Aceh mempunyai beberapa keturunan, salah satunya bernama Ahmad Syauqi Abdul Wahab Aceh yang meneruskan warisan beliau sebagai seorang sastrawan dan juga seorang insinyur. Allah yang mengetahui segala sesuatu.

Terakhir, sebagai pemegang amanah sejarah dan perjuangan, kami berharap artikel ini dapat memberikan sedikit banyak wawasan tentang tokoh ini. Mohon maaf atas segala keterbatasan dan kekurangan data dalam penyajian kisah hidupnya. Semoga kita semua dapat terus mengapresiasi jasa dan pengabdian beliau dalam memajukan dunia pendidikan dan Islam di tanah air. Wallahua’lam.

Sumber: 100 Ulama Nusantara di Tanah Suci

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *