Kelahiran Abon Nurdin Pantee Cereumen Aceh

Lamno adalah sebuah daerah di Aceh yang terkenal sejak lama. Kota Lamno terkenal sebagai basis perdagangan yang pernah dikunjungi oleh Marco Polo dan juga sebagai tujuan bagi santri yang ingin mencari ilmu, terutama selama masa hidup Syaikh Abu Ibrahim Lamno, pendiri Dayah Budi. Selain Syaikh Abu Ibrahim, Lamno juga menampung banyak ulama lain, salah satunya Abon Nurdin Pantee Cereumun. Beliau tinggal di Desa Pantee Cereumun, Kecamatan Jaya, Lamno, Kabupaten Aceh Jaya dan sering dikenal oleh masyarakat Lamno dengan sebutan Abon Pantee. Nama aslinya adalah Tengku H. Nurdin dan dilahirkan pada tanggal 12 Maret 1960 M.

Pendidikan Abon Nurdin Pantee Cereumen Aceh

Abon Pantee memiliki pendidikan dasar yang baik dari tingkat SD hingga SMA yang ditempuh di Lamno. Selama masa belajar di sekolah, beliau juga mengikuti pendidikan agama di Dayah “Bustanull Aidarussiyyah” (BUSAIDA) Lamno selama 12 tahun. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan Strata 1 di Universitas Syiah Kuala, namun beliau terpaksa meninggalkan bangku kuliah karena sakit. Dalam situasi tersebut, beliau membuat nazar jika sembuh akan berkonsentrasi mempelajari ilmu agama di dayah. Setelah pulih dari sakit, beliau segera menepati janjinya dengan mempelajari agama di Dayah Darul ‘Ulum, Tanoh Mirah, Bireuen yang dibimbing oleh al-Syaikh al-Fadhil al-‘Allamah Abu Abdullah Tanoh Mirah, salah satu murid Abuya Muda Wali al-Khalidi. Beliau menempuh pendidikan di Tanoh Mirah selama tahun 1985-1996 M.

Dalam gaya bahasa Indonesia yang profesional: Setelah pulang ke Lamno, Abon Pantee menerima perintah dari Abu Budi Lamno untuk tinggal di Dayah Budi Lamno selama lima tahun. Saat itu, ia baru saja memiliki keluarga. Perintah tersebut dieksekusinya dengan baik. Bahkan pada tahun 2004, anak pertamanya menjadi korban dari bencana tsunami yang menimpa Komplek Dayah Budi Lamno.

Abon Pantee tidak menciptakan dayah seperti yang biasa dilakukan oleh seorang ahli ilmu agama di Aceh Darussalam. Ia memanfaatkan rumahnya sebagai tempat untuk mengajar ilmu agama Islam. Ruang tamu rumahnya menjadi saksi dari pengajarannya yang membahas makna dan isi teks buku-buku kuning bagi para santrinya. Ia hanya memiliki hari libur pada hari Minggu dari kegiatan belajar dan tidak akan menerima tamu saat sedang mengajar.

Beliau mengajari Kitab al-Mahally jilid III dan Tafsir al-Khazin jilid I bagi santri putra, serta al-Mahally jilid IV dan Tafsir al-Jalalain jilid I bagi santri perempuan. Ia membuat kampung Pantee Cereumen sebagai Dayahnya sendiri, dengan rumah para santri sebagai asrama bagi mereka yang berasal dari kampung tersebut dan sekitarnya.

Desa Pantee Cereumen memiliki keunikan, di mana masyarakatnya sangat aktif dalam mengikuti pengajian setiap malam setelah maghrib. Terdapat dua majlis pengajian khusus, satu untuk wanita dan satu untuk laki-laki. Pengajian hanya berlangsung sebentar dari maghrib hingga masuk waktu Isya, dilanjutkan dengan shalat maghrib dan Isya bersama. Aktivitas ini diikuti oleh seluruh warga kampung, baik muda maupun tua, dan mengakibatkan mereka menghafal banyak kitab, seperti Sabilul Muhtadin dan Siyarus Salikin.

Petuah Abon Nurdin Pantee Cereumen Aceh

Abon memberikan pesan agar tidak menyerah dalam usaha mencari ilmu agama meskipun kondisi ekonomi sangat memburuk. “Menjalankan tugas sebagai seorang pengabdi (kepada Tuhan) tentunya akan menerima makan yang diberikan oleh Tuhan.” Belajar dan mengajar ilmu pengetahuan agama adalah bentuk pengabdian kepada Allah sebagai pemilik syari’at. Oleh karena itu, percayakanlah keadaan ekonomi keluarga kita kepada Allah dan fokuslah sepenuhnya dalam mengembangkan ilmu agama. Jangan biarkan hasrat pribadi memenangkan diri karena setan siap menemani untuk mewujudkan tujuan-tujuan hasrat tersebut, sehingga banyak pelajar agama yang gagal dalam usaha menuntut ilmu sebagai bentuk pengabdian kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. “Jangan membuang keunggulan dan justru memilih kesia-siaan”.

Kekuatan yang kekal hanya dimiliki oleh Allah dan akan ditunjukkan-Nya pada saat akhirat. Sementara dunia hanya seperti layar yang tampak tinggi untuk berlayar melalui samudra luas, tetapi pada akhirnya hanya sepotong kain yang akan rusak dan hancur menunggu waktu. Inilah intisari dari wawasan Abon Pante Cereumen.

Ahli Pengobatan Tradisional

Salah satu faktor yang membuat Abon Pantee diakui sebagai ulama intelektual Lamno adalah kemampuannya dalam mempraktikkan obat tradisional. Misalnya, untuk mengatasi penyakit diabetes, beliau menggunakan akar dan daun tutup bumi yang belum berbunga. Caranya, bahan tersebut dicuci hingga bersih, dihaluskan, lalu dicampur dengan sedikit garam. Minumlah sebelum makan pagi dan sesudah shalat Maghrib. Bila kadar gula mencapai 400, diminumlah sebanyak 3 atau 4 kali dan diperiksa apakah sudah normal atau belum. Jika sudah normal, ambil 3 buah manggis, kupas kulitnya, rebus, dan minum. Tujuannya adalah agar kadar gula tetap stabil.

Parafrase dalam gaya bahasa Indonesia yang profesional: Salah satu metode untuk mengobati penyakit wasir adalah dengan menggunakan 3 buah delima Aceh muda, 1/4 bagian daun sirih, dan 3 buah buah pinang. Potong-potong semuanya, lalu rebus sampai air rebusannya berkurang setengah. Bangun pagi harinya dan posisikan tidur tanpa menggunakan bantal selama 30 menit, kemudian bangun dan paksa untuk muntah. Setelah bersihkan mulut, minum air rebusan. Sedangkan untuk mengobati penyakit lambung, gunakan daun ulim yang dihaluskan dengan air, disaring dan ditambahkan sedikit gula, lalu diminum sebelum tidur malam.

Terakhir, sebagai pemegang amanah sejarah dan perjuangan, kami berharap artikel ini dapat memberikan sedikit banyak wawasan tentang tokoh ini. Mohon maaf atas segala keterbatasan dan kekurangan data dalam penyajian kisah hidupnya. Semoga kita semua dapat terus mengapresiasi jasa dan pengabdian beliau dalam memajukan dunia pendidikan dan Islam di tanah air. Wallahua’lam.

Bagikan:

Tokohwanita.co.id

Tokoh Wanita adalah sebuah lembaga arsip, dokumentasi dan informasi yang menitikberatkan pada penyusunan biografi aktivis, pejuang dan pahlawan wanita dari berbagai wilayah di seluruh dunia sebagai bahan kajian inspiratif generasi muda bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *