Riwayat Hidup Baba Daud Al-Jawi
Seorang anak keturunan pergi ke Aceh, dan yang lainnya ke Pattani dan Kelantan. Informasi ini diambil dari Nik Mustafa bin Haji Abdul Qadir, salah satu keturunan di Kota Bharu, Kelantan, yang menceritakannya kepada penulis pada tahun 1976-1978. Ia juga mendengar cerita dari ayahnya, Haji Abdul Qadir bin Sheikh Daud bin Ismail al-Fathani. Menurut Azyumardi Azra dalam bukunya “Jaringan Ulama” (halaman 210), salah satu prajurit bayaran Turki datang dalam jumlah besar untuk membantu Kesultanan Aceh dalam perang melawan Portugis.
Namun, pendapat tersebut dapat ditolak karena pada masa yang sama di Turki, ada tokoh besar Tarekat Qadiriyah bernama Ismail ar-Rumi (wafat 1631 atau 1643 M). Mengenai tahunnya wafat, penulis mengutip dari buku Martin Van Bruinessin berjudul “Kitab Kuning” (cetakan kedua, halaman 213). Mungkin Ismail ar-Rumi adalah ayah Baba Daud al-Jawi yang dimaksud, atau mungkin ada tokoh lain dengan nama yang sama.
Pendidikan Baba Daud Al-Jawi
Informasi pertama mengenai pendidikan Daud al-Jawi hanya didapat dari dua sumber. Sumber pertama berdasarkan pengakuan beliau sendiri, yang ditulis pada bagian akhir kitab “Turjumanul Mustafid”: “… sekecil-kecil muridnya dan sehina-hina khadamnya itu, iaitu Daud al-Jawi anak Ismail anak Agha Mustafa anak Agha Ali ar-Rumi”. Makna dari kalimat tersebut adalah bahwa Daud al-Jawi adalah murid dan khadam dari Sheikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri.
Sumber kedua ditulis oleh murid Daud al-Jawi, Sheikh Faqih Jalaluddin bin Kamaluddin al-Asyi, dalam salah satu versi “Manzarul Ajla ila Martabatil A’la”, bahwa Sheikh Arif Billah Baba Daud adalah murid Sheikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Syathariyah Baba Daud al-Jawi menerima bai’ah dari Sheikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri.
Tidak ditemukan informasi tambahan tentang pendidikan lanjutan Baba Daud al-Jawi selain dari Sheikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri.
Sampai saat ini, hanya ada satu hasil karya yang dapat ditemukan sebagai produk dari Baba Daud al-Jawi, yaitu sebagai orang yang menyelesaikan dan menambah karya guru-nya, Sheikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Sebagai bukti bahwa kitab Turjumanul Mustafid diselesaikan oleh Baba Daud al-Jawi, ia menulis pada akhir tafsir itu, “Dan ditambahkan oleh seorang murid yang paling kecil.
Kitab Turjumanul Mustafid karya Sheikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri dan diselesaikan oleh Baba Daud al-Jawi, akhirnya berada di tangan salah seorang keturunannya di Pattani. Kemudian diterima oleh Sheikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani. Dari manuskrip tersebut, Sheikh Ahmad al-Fathani melakukan proses dan pengecekan, kemudian mencetak dan membagikan secara luas.
Hasil dari usaha Sheikh Ahmad al-Fathani, kitab tafsir itu masih diterbitkan hingga sekarang. Kitab tersebut juga dikenal dengan nama Tafsirul Baidhawi asy Syarif, dan populer dengan sebutan Tafsir Baidhawi di kalangan masyarakat Alam Melayu.